HORROR STORY : AKU KEMBALI PULANG DI TENGAH MALAM



Kampung Atmojoyo, jawa timur, kamis 20 april 2008

Pukul 23:45 Malam

Ternyata sama seperti hari-hari kemarin, hujan lebat kembali mengguyur kawasan kampung ini. petir di kejauhan terlihat menyambar-nyambar langit malam yang sudah mulai merangkak naik. suasana terlihat gelap gulita nan sepi tak ada yang menemani.

Aryo mengintip melalui jendela kamarnya, lingkungan diluar yang habis tergilas oleh ganasnya angin dan hujan yang deras. ia melihat bahwa diluar sana, hanya tersisa kegelapan yang tak mampu dijangkau oleh matanya. kondisi memang gelap, gelap yang tak seperti biasanya.

Setelah puas mengamati kondisi diluar dan yakin tak ada sesuatu yang perlu diawasi, aryo kembali ke ranjang kasurnya sembari tubuh pria itu bergetar pelan menahan hawa dingin yang menyelinap masuk ke ruangan kamarnya.

Aryo meraih selimut miliknya untuk digunakan membungkus sekujur tubuhnya. Saat dirasa tubuhnya telah nyaman, pria itu kembali diam, lebih tepatnya melamun di ruang kamar yang entah mengapa terasa sunyi ini. mungkin karena ia sendiri atau ada seseorang  yang kini hilang entah kemana.

Dalam lamunannya yang kosong, gemuruh badai di luar seakan tak mampu menyingkirkan kehampaan dalam dirinya. aryo duduk termenung di pinggir kasur yang sekarang hanya tersisa dirinya seorang. detik jam berlalu dan dalam angannya yang tak menentu ini, aryo teringat kilas-kilas balik peristiwa yang tak akan pernah ia lupakan selamanya. 

Aryo mendesah tertahan, ingatan itu muncul ke permukaan pikirannya. ingatan akan istrinya yang menjerit kesakitan tatkala roda besar dari sebuah truk pengangkut material bangunan, menghantam dan menjepit tubuhnya di atas jalanan yang sudah digenangi oleh darah merah pekat. aryo yang terbaring disisi jalan yang lain, hanya bisa melihat dengan nanar istrinya yang meminta tolong kepadanya sambil terus merintih kesakitan.

Ya, pada hari itu, hari kelabu yang membawa bencana besar bagi hidupnya, aryo dan istrinya yang bernama kinanti, mengalami kecelakaan motor selepas pulang dari pasar. kecelakaan yang tak bisa aryo bayangkan ketika motor yang membawa dirinya dan sang istri jatuh karena melindas sebuah lubang di jalan. 

Aryo terlempar ke sisi kanan jalan bersama motornya, sedangkan kinanti, naasnya ia malah tergeletak di tengah jalan dengan posisi tengkurap memeluk aspal jalan yang kasar. detik-detik menegangkan saat semua mata orang-orang menyaksikan kejadian yang tiba-tiba itu, sebuah mobil besar penuh dengan muatan material secara cepat datang menyambar tubuh kinanti. 

Hari itu langit mendung, yang terdengar di bawah kolong langit hanyalah teriakan histeris, jeritan meminta tolong, darah yang berceceran di jalan, serta kerumunan orang-orang yang berkumpul untuk melihat jasad seorang wanita dengan usus terburai namun masih hidup perlahan meregang nyawa.

`` Ya tuhan! `` Aryo mengusap kasar wajahnya seraya menggeleng keras. sungguh, ia tidak bisa melupakan ingatan itu, ingatan yang akan terus menghantui dirinya untuk seumur hidup. sebuah peristiwa traumatis yang melekat kuat dalam akal sehatnya yang sekarang mulai terganggu oleh bayang-bayang mengerikan itu. suara teriakan istrinya yang menyebut-nyebut namanya, masih terngiang jelas dalam dirinya.

Dalam gelap terbalut oleh kelam, kesepian dan kehampaan hidup adalah teman bermainnya saat ini. sang istri yang biasa bercanda tawa dengan setiap waktu sekarang tak ada lagi. takdir memang begitu kejam kepadanya, takdir seakan mempermainkannya dalam sandiwara penuh tipuan. aryo berusaha untuk bersabar, namun dalam hatinya aryo belum mengikhlaskan kepergian istrinya.

Aryo hanya menghembuskan napas lelah, tak ia sangka jika hari itu merupakan saat-saat terakhir mereka bersama di dunia. mungkin untuk sekarang ia harus belajar untuk menerima takdir ini pikir aryo dalam kecamuk batinnya.

Saat aryo tengah menatap kosong langit-langit kamar yang agak gelap tak terjangkau cahaya, pria itu kembali merasa dingin, dingin yang hanya terasa di area kaki. aryo sungguh tak nyaman dengan dingin ini, bukan karena ia tak terbiasa menghadapi dingin, namun tak tahu mengapa sekarang bulu kuduknya berdiri tegak.

Aryo merinding tanpa sebab. padahal ini bukan pertama kalinya ia sendirian di rumah dengan suasana sunyi. namun entah mengapa ia rasa ada sesuatu yang berbeda dengan malam ini. Sesuatu yang janggal dan sulit untuk dijelaskan, entahlah mungkin ini hanya perasaan aryo saja yang agak paranoid.

Gemuruh di langit menyambangi hening mencekam di pelataran bumi. Aryo masih terbaring melamun menatap platfom langit yang gelap. suara detik jarum jam terdengar menemani lamunan pria itu.

"Hiks...Hiks...Hiks..."

Aryo mengerjapkan mata pelan, bola matanya bergulir liar menatap keadaan sekitarnya yang gelap tanpa penerangan malam. lebatnya hujan yang turun menimbulkan hasil yang tak diharapkan, mati lampu mendadak dan serentak di desa dirinya tinggal. untung ia memiliki beberapa buah batang lilin sebagai penerangan sementara menunggu sampai listrik menyala kembali. aryo tersenyum dari balik selimut. tapi kemudian mukanya menekuk.

Aryo ingat, jika ia malah menaruh lilin-lilin itu di ruang tamu. jadi mau tidak mau ia harus mengambil sekarang juga.

Merasa tak nyaman, buru-buru pria itu bangkit dari tidurnya. mengusap peluh keringat yang membasahi dahinya, aryo kembali diam dalam keheningan. bukan merenung, tapi tengah menajamkan pendengaran saat dirasa suara aneh itu kembali muncul.

"hiks...hiks...hiks...tolonggg,"

Begitulah kira-kira yang aryo dengar. ""suara perempuan" bisik aryo penuh tanda tanya. batinnya bertanya-tanya mengenai suara itu. suara siapa itu? apa pendengarannya saja yang salah karena aryo terlalu memikirkan mendiang istrinya, kinanti.

Suara itu terdengar dari arah luar rumah.  suara tangisan lirih itu seolah timbul-tenggelam di tengah gemuruh hujan.

" suara apa itu? apa aku yang salah denger ya?" bisik batin aryo pelan.

Saat dirasa semuanya semakin aneh, pria itu segera beranjak dari ranjang bututnya. suara decit ranjang terdengar cukup nyaring memekakan telinga.

Aryo berjalan mengendap-endap mendekati pintu kamar. Lesatan kilat di langit menciptakan cahaya terang yang cukup untuk menyibak kegelapan di bilik ruangan ini. dan sekarang ia tahu dimana posisinya berada.

Ternyata ia tengah berdiri di sebuah meja kaca, persis di sisi kanan pintu kamar. tiba-tiba ia teringat mengenai sebatang lilin yang tersimpan di laci meja tersebut. bergegas aryo pergi untuk mengambilnya.

TOK...TOK...TOK..

Di tengah kesibukannya mencari batang lilin, aryo dengan jelas mendengar suara ketukan di luar rumah. Ia memicingkan mata saat tangannya dengan lincah mengobrak-abrik isi laci peninggalan istrinya itu. lama mencari dan suara ketukan pintu itu semakin kencang terdengar.

Aryo akhirnya dapat bernapas lega saat sebatang lilin berhasil ia dapatkan. secepat kilat ia merogoh kolor usangnya guna mengambil sebuah pemantik api.

Sekarang keadaan tak segelap tadi, walaupun kecil namun cahaya kuning yang keluar dari pucuk lilin itu mampu menerangi sekelilingnya. Sementara suara ketukan pintu itu kembali terdengar berulang-ulang.

Aryo yang mengenakan selembar jaket tebal pun tak urung mengomel pelan saat dirasa ketukan itu semakin keras terdengar.

"siapa yang malem-malem begini datang bertamu sih? ganggu orang saja! " umpat aryo dalam hati.

TOK...TOK...TOK...

"Iya Sebentar, " Kata aryo cukup keras. pria itu lantas bergegas menuju ruang tamu.

Perjalanan menuju ruang tamu seperti memiliki kesan tersendiri bagi aryo yang tengah berjalan limbung dalam pencahayaan yang minim.

Aryo berjalan hati-hati saat kakinya sudah menginjak lantai dingin ruang tamu. lilin kecil yang kini tinggal setengahnya itu masih meliukan api kuning yang cukup terang. suara ketukan tadi semakin keras terdengar.

Bola mata aryo berpedar dalam gulita kelam, Menyibak selaput kegelapan dengan cahaya lilin yang hampir redup. Sementara suara ketukan yang diiringi oleh suara-suara  misterius semakin jelas dia dengar, seakan suara itu tepat berada di sampingnya. Aryo berkeringat dingin, degup jantungnya berdebar keras. Ia merasakan ada sesuatu yang mengamati dari balik selimut kegelapan di rumah ini. sesuatu yang tak bisa ia gambarkan dengan begitu jelas tapi bisa ia rasakan kehadirannya.

Tepat ketika aryo semakin mendekat ke arah ruang tamu serta pintu rumahnya, api lilinnya tanpa sengaja menyinari sesuatu di pojokan ruangan yang gelap gulita. namun aryo tak begitu menyadarinya. 

Ketika sampai di ambang pintu, aryo perlahan membuka sedikit pintu rumah untuk melihat siapa orang yang mengetuk tadi.

KRIEET...

Pintu perlahan terbuka, namun aryo seketika bingung karena diluar, dia tak melihat siapa-siapa. hanya ada keheningan dalam gemuruh yang membuatnya merasa tak nyaman. namun...perlahan dalam kesuraman, bola mata aryo menangkap sesuatu di ujung halaman rumahnya. sesuatu...ah bukan lebih tepatnya sesosok bergaun putih kusam yang tengah memandangi ke arah tempatnya sambil membawa payung berwarna hitam.

Sosok yang walau dalam samar dan kabur, sangat ia kenali. sosok yang mirip...

Mata aryo terbelalak kaget, tidak percaya dengan apa yang disaksikannya. seketika saja wajah aryo pucat, pria itu melangkah mundur, menjauhi pintu dan sosok yang mirip dengan mendiang istrinya kinanti.

Ya, aryo melihat sosok sang istri dari kejauhan. tapi ia melihat istrinya dengan wujud yang...Berdarah-darah.

`` Ada yang salah disini, tidak! kinanti sudah meninggal, tak mungkin ia bangkit lagi. pasti aku salah lihat tadi, aku sudah mulai tak waras, `` dengan wajah gusar, aryo buru-buru menutup pintu dan menguncinya. nafas pria itu memburu, aryo berdiri dengan wajah tegang dan keringat memenuhi kulit wajahnya.

Aryo berusaha menenangkan diri, tetapi dia tak bisa. apalagi saat suara ketukan itu terdengar kembali dari pintu rumahnya. tapi kali ini diiringi  oleh rintihan pilu nan serak.

`` TOK..TOK...TOK...Buka Mas, aku pulang dari kuburan...``

Aryo merasakan ketakutan yang sebelumnya belum pernah ia rasakan. firasat dia mengatakan bahwa terror gelap dari sesuatu yang hitam tengah mengintainya dari balik celah dinding yang kosong.

Ketika aryo memutuskan untuk kembali ke kamarnya, masalah lain pun muncul. sinar api dari lilin yang dipegangnya mendadak bergoyang tak tentu arah, seolah dihembus oleh angin yang datangnya entah darimana. 

Situasi kian runyam, api lilin padam, membuat segalanya menjadi gelap. aryo dengan gelagapan berusaha merogoh saku celananya, mencari pemantik api. setelah pemantik ditemukan, pria itu merasakan hawa dingin yang menghembus meniup tengkuknya.

Aryo merasa ada seseorang yang sedang berdiri di belakangnya.  

Keanehan itu kian menjadi-jadi, ketika keheningan yang janggal perlahan menyusup masuk. seolah suara badai hujan di luar membeku sesaat menyisakan senyap. dari sanalah, aryo mendengar sesuatu seperti membisiki telinganya. 

`` Kita akan bersama lagi seperti dulu, selamanya...``

Aryo akhirnya berhasil menyalakan kembali lilinnya, cahaya kuning kembali bersinar. terangnya membuat yang tak tersingkap menjadi jelas. termasuk sosok kinanti dengan gaun putih penuh darah bercampur tanah kotor, berdiri memeluk aryo dari belakang. wajahnya yang dipenuhi belatung busuk, menyeringai lalu berbisik persis di telinganya.

`` Aku akan selalu datang kepadamu, di tengah malam, ``


TAMAT




Komentar

Postingan Populer