RINTIHAN DI BALIK HUJAN

KISAH MALAM DARI SANG KURIR PAKET 



KISAH INI DIMULAI DARI BELANTARA KEGELAPAN

Rabu 21 mei 2010 

BRUMMM...

    Suara motor berderum mengusik keheningan malam gelap di jalan hutan tambalang. Seberkas cahaya kuning dari lampu sebuah motor bebek merah usang, membelah pekatnya jalanan hutan rimbun itu.

    Jam sudah menunjukan pukul satu malam, rabu yang sendu dengan rintik hujan yang masih belum reda sedari tadi. Kupacu motorku lebih kencang lagi, berharap motor ini bisa secepatnya membawaku keluar dari jalanan hutan gelap ini. Dengan hati-hati tentunya mengingat jalur ini rawan terjadi kecelakaan.

    Perkenalkan namaku kusno, seorang kurir barang yang baru saja mengantarkan sebuah paket ke desa sebelah. Pada awalnya aku menolak untuk mengantarkan paket di tengah malam begini, selain jaraknya yang Jauh dan sudah larut malam pula, jalan menuju desa itu harus melewati jalur hutan yang menurut kabar cerita, memiliki kisahnya sendiri. konon hutan ini memiliki jejak sejarah yang kelam. berbagai hal buruk dan kelam pernah terjadi di hutan ini. cerita-cerita suram dan mengerikan melintasi lini masa, menjadi legenda yang dituturkan oleh orang-orang tentang hutan tambalang.

    Sejujurnya aku cukup takut melintasi wilayah gelap ini, tapi mau bagaimana lagi, ini sudah menjadi tanggung jawabku sebagai kang paket, profesi yang menjadi sumber penghasilanku untuk mencukupi kebutuhan sehari-hari.

    Kini tugas mengantar paket telah selesai. Paket telah sampai ke tangan penerima tanpa satu kerusakan pun. waktunya aku kembali pulang menuju desaku, desa A di seberang hutan ini. Tentu saja aku kembali harus melewati kawasan tanpa penerangan itu. Berbekal keberanian yang sedikit demi sedikit berkurang karena terhempas oleh hawa dingin hutan yang sebagiannya didominasi oleh pohon pinus. Aku mencoba untuk tetap fokus mengendarai si jago–nama motor yang sudah menemaniku bertahun-tahun.

HUfff....

    Aku mengembus napas lelah. Embun hasil napasku mengendap di kaca helm. Membuat pandanganku sedikit kabur. Sedikit pandangan mataku melirik barisan pohon di samping, kegelapan pekat terhampar sejauh mata memandang. Hanya terlihat siluet pohon pohon tinggi menjulang menyentuh wajah langit. Aku bergidik, entah perasaanku saja atau bukan, tapi entah kenapa sejak aku melewati tugu batu tadi, aku merasa jika ada sesuatu yang mengikutiku dari belakang. Tatkala rasa takut dan penasaranku tercampur menjadi satu dalam jiwaku, aku mencoba melirik spion motor. Namun kosong, tak ada apa-apa. Hanya kepulan asap motorku yang melayang-layang di belakang. Tapi....tunggu!

DEG!

    Tepat ketika mataku masih asyik memantengi kaca spion, secara tak sengaja aku melihat siluet seseorang yang sedang berdiri di balik pohon pinus. Meskipun tersamarkan oleh gelapnya hutan, namun baju putih yang membalut sosok itu, sangat kontras dengan kegelapan di sekitarnya. membuat sosoknya begitu jelas terlihat olehku. aku setengah kaget dan dengan spontan tanganku mengerem motorku.

    Gesekan antara ban motor dengan jalan hutan yang sebagiannya masih berupa jalan tanah, membuat motorku hampir terperosok ke arah semak-semak. Jika saja kakiku tak sigap menahan berat motorku, bukan tidak mungkin aku akan terguling ke tanah becek ini.

    Saat aku berhasil menyeimbangkan motorku, jantungku rasanya ingin lepas dari tempatnya. masih terkejut dengan kejadian beberapa detik tadi. untungnya aku tak mengalami lecet satu pun. namun penampakan sosok tadi masih terngiang dalam ingatanku. membuat keringat di dahiku bercucuran. Sementara bulu kudukku berdiri tegak. Aku semakin merasa jika aku tidak sendirian di area hutan ini.

    Tak mungkin di tengah hutan sepi begini, ada seseorang. orang waras mana yang berkeluyuran di tengah heningnya kawasan hutan tambalang. Jika pun bukan orang, apakah itu....

KHI...KHI...KHI...

    Belum sempat dugaanku mengarah ke hal-hal tak masuk akal. dari atas dahan pohon di atasku, aku mendengar suara tertawa lirih. sangat lirih hingga membuat suasana di sekitar kian mencekam.

    Suara tertawa itu mirip dengan suara tertawa seorang perempuan. lirih dan bercampur serak, seolah tengah menertawakan diriku yang bertingkah konyol.

    Aku berusaha kembali melawan rasa takutku. Suara tertawa itu masih terdengar jelas. kadang menjauh namun kadang juga mendekat. seakan si empunya suara bisa berpindah tempat dengan cepat. tubuhku terasa kaku sulit bergerak. aku terpaku tanpa mampu menjalankan motorku. Seluruh persendian di tubuhku terkulai lemah sesaat setelah semilir aroma bangkai bercampur amis semerbak melewati indera penciumanku. perasaanku sudah tak menentu. ingin secepatnya melarikan diri, namun nyatanya tubuh ini tak bisa digerakkan.

“ oh ayolah...badan sialan cepat bergerak, “ rutukku pada diri sendiri.

Mas....tolong saya

    Suara tertawa tadi berubah menjadi rintihan pilu. rintik hujan yang tadi terhenti kembali turun. aku kian bergetar dengan suara bisikan tadi. dan parahnya lagi, si jago malah sekarat di kondisi seperti ini. Sudah beberapa kali kucoba menyelah motor bututku itu, namun tak kunjung menyala.

Mas... tokong saya... sakit....

    Aku merasa ada seseorang yang tengah berdiri di sebelahku. dengan takut aku menengok ke samping. namun kosong tak ada siapa pun. aku lega dan berusaha untuk tetap waras. namun tatkala aku mulai tenang dengan mengabaikan hal-hal barusan, entah dari mana datangnya dorongan itu. dorongan yang membuat wajahku melongok ke atas. ke arah pohon.

DEG!

    Lagi dan lagi, aku benar-benar dibuat terperanjat dengan apa yang sekarang kulihat. sesosok bergaun putih panjang tengah bergelantungan di dahan pinus. kain putih kumalnya berkibar di terpa angin. dan aroma busuk itu kian menyengat tercium olehku. setetes darah merah turun ke bawah. menetes di pipiku.

“ astaga! “ aku terpekik keras. bukan main rasa takut yang menyerangku ini. motorku jatuh dan aku terjerembap ke tanah becek. seluruh tubuhku sudah kaku rasanya karena menahan takut. samar dalam kegelapan hutan, dibantu oleh sinar kilat, aku melihat jika sosok itu–entah apa itu, tak memiliki kepala. darah yang menetes ternyata berasal dari leher sosok itu yang terpenggal.

Lalu dari mana datangnya suara tertawa dan bisikan itu?

    Keringat dingin di wajahku semakin banyak. tercampur dengan air hujan. tubuhku makin bergetar. Kedinginan dan ketakutan. bibirku mulai merapal doa. berharap sosok yang masih nangkring di dahan itu lekas pergi.

    Ketika mataku tengah terpaku ke arah sosok itu. tanpa kusadari, karung goni putih di motorku–tempatku menyimpan paket-paket, bergerak-gerak sendiri. lalu jatuh dan bergerak-gerak ke arahku. aku mengalihkan pandanganku pada karung itu. dengan rasa penasaran melihat karung yang seingatku sudah kosong.

Mas... tolongggg sakittt... kepalaku ada disana...

    Setelah bisikan bernada lirih itu, dari karung goni keluar sesuatu. sesuatu berbentuk bulat dengan helaian rambut yang menyelimutinya.

‘sesuatu’ itu menggelinding ke arahku. seperti bola yang digiring oleh kaki pemain. lalu berhenti tepat di depanku. aku seketika terkesiap. terkejut dengan apa yang ada di depanku.

Mas...tolong pasangkan kepalaku ke leherku khi...khi...khi...

    Benda bulat itu ternyata adalah seonggok kepala seorang wanita. menatap ke arahku dengan mata merah bersinar dalam gelap. Kulitnya pucat kehitam-hitaman. di beberapa bagian pipi, terdapat sayat-sayat luka. seulas senyum menyeringai keluar dari balik bibir hitam kepala itu. darahku membeku dengan mata melotot hendak keluar. sesaat, syaraf di otakku terputus. kepala wanita itu semakin melebarkan seringainya.

Tolong...satukan kepalaku ke tubuhku...

    Bibir hitam wanita itu bergerak-gerak. menandakan jika suara yang kudengar tadi memang berasal dari penggalan kepala ini. namun bagaimana bisa potongan kepala wanita itu bisa ada di dalam karung goniku?

    Puncak ketakutanku adalah ketika tubuh si kepala wanita yang masih melayang di dahan pinus, turun bergabung dengan kepalanya yang terpisah. sekarang tubuh dan kepala itu sudah bersatu membentuk sosok perempuan menyeramkan dengan wajah busuk dipenuhi belatung.

Tawa berkepanjangan memecah heningnya malam.

Pandanganku tiba-tiba mengabur lalu gelap.

Kusno tergeletak pingsan di tengah jalan hutan tambalang. sendirian ditemani oleh motor bututnya.

" Lu tau gak dengan kasus itu no? "

"Hah? Kasus apaan emangnya den?"

"Beberapa waktu yang lalu, ditemukan sesosok mayat perempuan di kawasan hutan tambalang oleh warga yang melintas"

"Hah beneran? Kok gue gak tau ya..."

"Padahal kejadian ini terjadi sudah lama lho, sekitar 1 minggu yang lalu, tepatnya hari rabu kemarin."

"HIii serem juga ya, kawasan hutan itu katamya sering terjadi hal hal yang menyeramkan dan tak masuk akal. Pantas jika orang- orang menjuluki hutan itu sebagai hutan iblis."

"Iya benar, makanya gue lebih baik melewati jalan lain dari pada melewati jalanan hutan itu. apalagi di malam hari."

SELESAI...


Komentar

Postingan Populer